Ejekan, penghinaan, atau cercaan merupakan bentuk dari penolakan sosial yang bisa menyebabkan luka secara emosional. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa penolakan sosial juga menyebabkan sakit serius pada tubuh.
Tidak sedikit orang yang mengalami penolakan sosial dalam wujud ejekan dan hinaan merasakan ’sakit hati’ secara emosional. Tetapi tanpa disadari, ejekan tersebut juga berdampak buruk pada tubuh dan dapat menyebabkan sakit yang serius.
Apa yang terjadi ketika orang terus-terusan diejek?
Ketika mengalami penolakan sosial atau ejekan, tubuh menunjukkan adanya reaksi aktivitas di dua wilayah otaknya, yaitu korteks orsal anterior cingulated dan anterior insula, yang diamati dengan menggunakan fungsional Magnetic Resonance Imaging (fMRI). Kedua wilayah otak ini memainkan peran dalam fungsi otonom, seperti tekanan darah, mengatur denyut jantung, serta fungsi kognitif rasional, seperti antisipasi, pengambilan keputusan, empati, dan emosi.
Ketika mengalami penolakan sosial atau ejekan, tubuh menunjukkan adanya reaksi aktivitas di dua wilayah otaknya, yaitu korteks orsal anterior cingulated dan anterior insula, yang diamati dengan menggunakan fungsional Magnetic Resonance Imaging (fMRI). Kedua wilayah otak ini memainkan peran dalam fungsi otonom, seperti tekanan darah, mengatur denyut jantung, serta fungsi kognitif rasional, seperti antisipasi, pengambilan keputusan, empati, dan emosi.
Peningkatan aktivitas pada bagian otak ini dapat menyebabkan inflamasi (peradangan) meningkat dalam tubuh. Tingkat peradangan kronis yang tinggi bisa menyebabkan asma, penyakit kardiovaskular, dan bahkan depresi.
“Hasil ini membuat kita benar-benar memahami bagaimana hubungan antara kesehatan pikiran dan tubuh,” ujar George Slavich, peneliti dari University of California, Los Angeles (UCLA), seperti dilansir dari Livescience, Jumat (13/8/2010).
Menurut Slavich, sensitivitas saraf terhadap penolakan sosial dalam kehidupan sehari-hari, dapat meningkatkan peradangan dalam beberapa hari atau minggu. Temuan ini menjelaskan mengapa beberapa orang sangat peka terhadap kondisi peradangan yang ditandai dengan depresi.
Kata stres dan depresi begitu sering didengar dalam kehidupan sehari-hari, tetapi banyak orang hanya berasumsi bahwa stres yang secara langsung dapat menyebabkan depresi.
“Tetapi ini adalah pertanyaan yang sangat kompleks. Stres terjadi di luar tubuh, tetapi dapat menyebabkan banyak perubahan di bagian dalam tubuh. Inilah yang memicu terjadi penyakit-penyakit yang lebih serius,” tambah Slavich.
“Tetapi ini adalah pertanyaan yang sangat kompleks. Stres terjadi di luar tubuh, tetapi dapat menyebabkan banyak perubahan di bagian dalam tubuh. Inilah yang memicu terjadi penyakit-penyakit yang lebih serius,” tambah Slavich.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar